EXPOSE Mahasiswa Arsitektur IPB: Strategi Manajemen RTH di Masa Pandemi Covid-19
EXPOSE Mahasiswa Arsitektur IPB: Strategi Manajemen RTH di Masa Pandemi Covid-19
EXPOSE 2021 I Rabu, 17/06/2021
BOGOR — Di masa pandemi Covid-19, kesehatan adalah barang mahal bagi setiap orang. Di lain pihak kita tahu kebahagiaan, happiness, adalah aspek intangible yang perlu ditingkatkan bagi setiap individu/masyarakat untuk meningkatkan imunitas tubuh. Salah satu media yang dapat meningkatkan kesehatan lahir dan batin adalah bagaimana strategi memanfaatkan ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di sekitar kita.
Pada skala lanskap terkecil, pekarangan disasar oleh mahasiswa semester VI Departemen Arsitektur Lanskap dalam kajiannya melalui praktikum mata kuliah Pengelolaan Lanskap. Prof. Hadi Susilo Arifin, kordinator mata kuliah ini menyampaikan dalam pembukaan Acara Expose Mahasiswa, bahwa dalam masa pandemi Covid-19 pekarangan banyak dimanfaatkan sebagai media hobby berkebun, atau berekreasi-olah raga-berjemur, bahkan meningkatkan produktivitas dengan mengusung kegiatan urban farming. Taglinenya cukup populer, yaitu #marimulaidaripekarangan dan #hanyasatulangkahdariberanda. Dikatakan Hadi, ini sangat tepat dengan kesibukan pekerajaan saat ini yang sebagian besar dilakukan dengan WFH, work from home.
Expose Mahasiswa Pengelolaan Lanskap yang digelar pada penghujung semester, tanggal 16 Juni 2021, merupakan acara tahunan. Biasanya Expose dilakukan di hadapan stakeholders di Balaikota Bogor, atau di Pendopo Kabupaten Bogor, tergantung di mana studi kasus dilakukan. Tetapi sejak tahun 2020 expose dilaksanakan secara online. Kajian pada tahun 2021 ini mengambil kasus RTH di wilayah Jakarta. Hadi menambahkan, kajian manajemen lahan produktif bukan hanya pada RTH pekarangan saja, tetapi dilihat juga strategi manajemen lanskap pada lahan publik. Scaling up dilakukan pada taman lingkungan, taman kota, hingga pemanfaatan hutan kota.
Expose mahasiswa semester VI yang diketuai oleh Reynaldi Yamahoki dihadiri oleh elemen penta-helix untuk mendapatkan solusi manajemen kolaboratif antara akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, komunitas, dan kawan media yang dapat membantu pemberitaan agar sampai pada sasaran. Sebagai moderator, Dr Kaswanto mengundang partisipan untuk menanggapi, memberi masukan dan diharapkan ada yang bisa ditindak-lanjuti. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta yang hadir bersama tim lengkap, Dinas Pertamanan dan Kehutanan DKI Jakarta, Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis dan Bioindustr-Universitas Trilogi Jakarta, Komunitas Pekarangan dan Kebun Produktif Indonesia (KPKPID) masing-masing menyampaikan masukan, juga memberi apresiasi atas acara ekspose mahasiswa ini.
DKPKP DKI Jakarta membuka lebar-lebar kepada mahasiswa untuk magang, atau mengambil kasus untuk skripsi di area yang dibuka ada 5 agro-edu-wisata dan 14 kebun bibit agar lanskap menjadi lebih produktif. Suharin Eliawati, Plt Kadis KPKP bahwa Jakarta melalui dinasnya telah mengaktifkan praktek urban farming dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan Gang Hijau (penanaman tanaman produktif di sepanjang gang/lorong-lorong perumahan). Dinas Pertamanan dan Kehutanan pun mengatakan saat ini ada 53 taman yang sudah kembali dibuka untuk umum. Ini bertujuan untuk memberi kesempatan masyakat berekreasi secara sehat di ruang terbuka hijau, selama tetap mentaati protokol kesehatan secara ketat.
Hadi menekankan bahwa pekarangan, taman lingkungan, taman kota, hutan kota, juga lahan publik lainnya seperti bantaran sungai, kebun campuran, bahkan lahan terbengkalai dapat diberdayakan sebagai lanskap produktif. Jika direncanakan, didesain dan dikelola bisa sebagai lanskap urban farming yang menghasilkan produksi pangan penghasil karbohidrat, rempah, bumbu dan obat, sayuran, buah, bahan baku industri dan juga tanaman hias. Strategi pengembangannya tidak hanya di ruang terbuka hijau (RTH) saja, tetapi juga ruang terbuka biru (RTB). Jakarta memiliki lanskap badan air, seperti riparian sungai, kanal-kanal, dan daerah rawa-rawa. Selain sebagai lanskap yang menghasilkan secara fisik, tetapi lanskap ruang terbuka tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk bersantai di waktu luang, berekreasi, dan mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan. Fungsional berguna, secara estetika-indah, tegas Hadi.
Dr Nurhayati, dosen Departemen Arsitektur Lanskap mengatakan bahwa ekspose ini banyak memberikan manfaat bagi mahasiswa dari sisi keilmuan Manajemen Lanskap. Tetapi ternyata memberi pengalaman peningkatan skill, seperti mengelola event expose, serta berbagai soft skill yang menjadi terasah dari hasil praktikum dan penyelenggaraan expose. Mereka terlatih berkomunikasi secara tertulis, tergambar dan terutama komunikasi verbal.
Narasumber: Hadi Susilo Arifin. Kaswanto, dan Nurhayati.
Link Reference: