Blog

S021_Panggungan Adat Bhuana

PANGGUNGAN ADAT BHUANA Tawarkan Solusi Terpadu untuk Ruang Publik Bali yang Inklusif Dan Berkelanjutan dalam Sayembara Desain Mandala Udaya

Event

PANGGUNGAN ADAT BHUANA Tawarkan Solusi Terpadu untuk Ruang Publik Bali yang Inklusif Dan Berkelanjutan dalam Sayembara Desain Mandala Udaya

Dalam sayembara Mandala Udaya bertema “Eco-friendly Space: Blending Tourism, Social
Parks, and Cultural Element” yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap
Universitas Udayana, memunculkan sebuah ide konsep inovatif yang dibuat oleh mahasiswa
Arsitektur Lanskap IPB untuk menjadi salah satu cara menyelesaikan permasalahan yang ada
di bali. Berdasarkan hasil analisis, Bali sekarang sedang dilema dengan pesartnya kemajuan
dari sektor pariwisata muncul sebuah masalah utama yaitu Kesenjangan Sosial dan Ekonomi.

Dari masalah tersebut ditarik 4 faktor utama yang berusaha diselesaikan, yaitu Berkurangnya
area publik inklusif, berkurangnya RTH yang berakibat pada kerusakan lingkungan, Usaha
kecil dan menengah (UKM) lokal kesulitan bersaing, dan memudarnya budaya lokal dalam
perkembangan pariwisata.

Muncul sebuah Konsep inovatif yang diberi nama “Panggungan Adat Bhuana”. Konsep
tersebut mengusung pendekatan “Cultural Based Multifunctional Inclusive Space” yang
menekankan pada 3 nilai utama, yaitu

  1. LOCAL WISDOM (Kearifan Lokal)
    Desain kami mengadaptasi filosofi Dewata Nawa Sanga dan mengangkat Canang sebagai
    jantung dan identitas utama dalam desain. Bukan sekadar estetika, tanaman Canang berfungsi
    sebagai buffer zone alami sekaligus melestarikan tradisi spiritual Bali.
  2. SUSTAINABLE COMMUNITY (Komunitas Berkelanjutan)
    Menciptakan ruang publik dengan sistem modular yang terinspirasi dari pola batik Bali
    tradisional. Sistem furnitur yang bisa dikustomisasi memungkinkan masyarakat dapat
    menggunakannya sesuai kebutuhan. Mulai dari pertandingan olahraga, pertunjukan seni
    maupun budaya, serta ruang untuk bersosialisasi pada hari-hari biasa. Perencanaan desain
    melibatkan partisipasi masyarakat untuk merawat fasilitas dan meningkatkan nilai
    gotong-royong pada tapak.
  3. ECO-FRIENDLY SPACE (Ruang Publik Ramah Lingkungan)
    Menyediakan tempat beraktivitas yang adaptif dengan praktik ramah lingkungan, seperti
    pemanfaatan tanaman lokal, penggunaan material ramah lingkungan, dan penggunaan energi
    terbarukan untuk menciptakan ruang yang hijau dan selaras dengan alam.
    Dari konsep tersebut, dibuat 4 strategi sebagai perancangan awal, yaitu:

    a. Mengembangkan ruang komunal multifungsi dengan sistem modular
    b. Memberdayakan perekonomian lokal dengan daya tarik yang strategis
    c. Mengakomodasi pengembangan tradisi, seperti kerajinan canang
    d. Menciptakan ruang publik ramah lingkungan yang terhubung dengan lingkungan sekitar

    Harapannya dari konsep tersebut dapat menjadi blueprint ruang publik Bali kedepannya,
    ruang publik inklusif yang dapat dinikmati segala kalangan, sebuah ruang yang
    mengembalikan keseimbangan antara pariwisata modern dan kearifan lokal bali.