Blog

genius loci

Ricardo Riveros Celis – President of IFLA Americas Region “Genius Loci: Neighbours Referents”

Academic / Event

Ricardo Riveros Celis – President of IFLA Americas Region “Genius Loci: Neighbours Referents”

Senin (24/05/2021), MK Teori Desain Lanskap (ARL212) mengadakan kuliah online melalui zoom meeting yang bersifat wajib bagi Mahasiswa MK Teori Desain Lanskap (ARL212) dan terbuka untuk umum. Kuliah ini menghadirkan Dosen tamu dari Luar Negeri, Ricardo Riveros Celis seorang Arsitek Lanskap asal Chile sekaligus merupakan President of IFLA Americas Region. Dirinya menyampaikan kuliah mengenai “Genius Loci: Neighbours Referents” secara menarik. Kuliah online yang dipimpin oleh Dewi Rezalini Anwar, SP. MADes selaku pembawa acara ini, diikuti oleh lebih dari 100 partisipan dan dihadiri oleh Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB, Dr. Akhmad Arifin Hadi, SP. MALA dan dosen lainnya seperti Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS, Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr dan Vera Dian Damayanti, SP. MLA.

Pada pemaparannya, Ricardo menjelaskan bahwa untuk menghasilkan desain lanskap yang baik terdapat 3 elemen atau topik dalam pengembangan konsep desain, yaitu Genius Loci, People-Neighbours dan Referents-Colleagues. Pada kesempatan tersebut, dirinya menjelaskan contoh mengenai project yang telah dilakukannya dengan menggunakan 3 tahap atau fase, terdiri atas analysis, diagnosis dan landscape design proposal.

Lalu bagaimana menghubungkan project dengan prosesnya?

Proses pada Landscape Design Concept atau Konsep Desain Lanskap, dibentuk oleh 3 elemen penting yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu:

  1. PLACE (Genius Loci)
    • Merupakan teritorial sejarah, tentang apa yang hidup (seperti binatang) dan kekal (seperti gunung) pada suatu tempat, juga tentang ekosistem dan habitat yang dimiliki suatu tempat atau lanskap.
  2. SOCIAL (People-Neighbours)
    • Merepresentasikan tentang keanekaragaman dalam kehidupan, khususnya manusia. Baik dari segi budaya, tradisi, dan simbolisme yang memiliki nilai-nilai lanskap dan mencerminkan persepsi dari suatu lanskap.
  3. KNOWLEDGE – EXPERIENCE (Referents-Colleagues)
    • Pada pelaksanaan suatu project landscape design concept, tidak hanya bekerja sama dengan arsitek lanskap tetapi juga akan berinteraksi dan bekerja sama dengan orang-orang secara lintas profesi, seperti ahli geografi, bahkan bekerja dengan orang dari berbagai macam negara atau asal, sehingga akan ada banyak persepsi dan pengalaman pada prosesnya.

Berdasarkan 3 tahap/fase yang sudah disebutkan sebelumnya, dua tahap pertama menghasilkan 3 elemen proses diatas berdasarkan pengalaman Ricardo. Sehingga, ketiga element tersebut sangat penting dan mempengaruhi landscape design proposal.

Contoh Project

Project sederhana yang sebelumnya dibuat oleh pemerintah kota (Walikota) dapat dikatakan gagal, sehingga perlu direkontruksi dengan menggunakan landscape design concept yang baik. Project tersebut berlokasi di Downtown Santiago khususnya di lingkungan heritage yang sedikit terabaikan. “Even the most modest project can change people’s lives” ujar Ricardo. Walaupun ini merupakan proyek yang sederhana tetapi dapat menghasilkan akhir yang baik bagi masyarakat lokal.

Kawasan tersebut memiliki front garden yang baik serta memiliki native vegetation yang tumbuh secara alami dan diberdayakan oleh masyarakat lokal. Sedangkan pada kawasan lainnya yang sebelumnya sudah dikembangkan oleh pemerintah kota, front garden dibuat secara berbeda dengan tidak menggunakan vegetasi aslinya melainkan hanya menggunakan ornamental vegetation, padahal mereka biasanya menggunakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari hari (elemen Place), ruang tersebut digunakan bukan dengan fungsi yang seharusnya (elemen Social), terlebih lagi konsep desainnya tidak meninjau pengetahuan masyarakat sekitar dan pengalaman arsitek lanskap (elemen Knowledge-Experience). Sehingga diketahui bahwa proyek sebelumnya tidak meninjau referensi genius locinya dan tidak menggunakan metode parcipatory.

Perceptual Language of The Landscape

Karena kondisi tersebut, sehingga Ricardo dan timnya menggunakan participatory method sebagai alat untuk pengelolaan lanskap heritage. Metodologi terdiri atas alat yang mampu meningkatkan perencanaan dan pengelolaan terhadap investasi private dan public untuk proyek rekontruksi dan implementasi lingkungan yang mempertimbangkan nilai identitas dan persepsi masyarakat, menggunakan metode participatory sebagai hak sosial tidak hanya sebagai mobilitas, yang berhubungan dengan persepsi lokal dan kepekaan dengan aksi publik dan private mempertimbangkan lanskap dan lingkungannya.

Lanskap adalah sebuah pengalaman indra, sehingga setiap orang memiliki persepsi terhadap suatu lanskap yang dimana persepsi ini terekam dalam ingatan.

“By inhabiting the landscape, perception is recorded in memory either tangible or intangible values” -Ricardo

Partisipasi masyarakat terdiri atas beberapa faktor pada metode ini, sebagai contoh kelompok wanita lansia berusia 50 tahun ke atas yang sangat mengetahui tentang sejarah lingkungan atau tempat tinggalnya sehingga bisa belajar mengenai keseluruhan kawasan tersebut. Baik dari segi situasi, kondisi masyarakat dan tempat mereka tinggal.

Pada pelaksanaan proyeknya, Ricardo dan tim mengadakan participatory workshop di tapak yang melibatkan masyarakat setempat dan ahli seperti arsitek lanskap. Selain itu, Walikota pun turut berkontribusi dan berdiskusi dengan urban planner dan arsitek untuk merencanakan dan merancang tata kota tersebut bersama dengan masyarakat lokal. Walaupun proyek ini terbilang sederhana, tetapi masyarakat sangat antusias dalam berkontribusi terhadap proses metode participatory dengan mengemukakan persepsinya mengenai kawasan tersebut.

Hasil

Walaupun hasilnya sederhana tetapi sangat berpengaruh terdahap masyarakat dan lingkungannya, sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Vegetasi asli digunakan sesuai dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat, fungsi ruang yang ada dibuat sesuai dengan apa yang mereka miliki sebelumnya, sehingga tidak hanya memenuhi aspek keindahan tetapi dapat memenuhi kebutuhan mereka. Konsep desain dibuat dengan menghargai pengalaman desain sebelumnya dan mengambil aspek desain saat ini sebagai referensi. Konsep desain yang dibuat dapat memperbaiki keberlangsungan hidup masyarakat dan berkelanjutan, sehingga diharapkan masyarakat dapat mengelola front garden dengan peduli terhadap pasokan air, drainase dan aspek lainnya.

Diakhir penyampaiannya, Ricardo mengatakan harapannya kedepan yaitu dapat melakukan kolaborasi proyek seperti ini, yaitu proyek sederhana tetapi dapat mengubah hidup masyarakat di lingkungannya.

Setelah sesi penyampaian materi oleh Ricardo, dibuka sesi tanya jawab oleh Dewi Rezalini Anwar, SP. MADes selaku pembawa acara sekaligus koordinator MK Teori Desain Lanskap (ARL212). Pada sesi ini menuai perhatian yang baik dari Mahasiswa mata kuliah tersebut, bahkan dosen-dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB seperti Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin MS, Kepala Divisi Manajemen Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap IPB turut menyampaikan pertanyaan kepada pembicara. Kegiatan tersebut diakhiri dengan pemberian sertifikat apresiasi kepada Ricardo Riveros Celis selaku pembicara dan diikuti dengan foto bersama oleh seluruh peserta.

Leave your thought here

Your email address will not be published. Required fields are marked *